Tuesday, December 22, 2020

Daily Jurnal : Kepedihan

 Jatuhnya diriku benar-benar tidak bisa aku perkirakan. Ternyata rasanya begini ketika kita jatuh begitu dalam. Termakan kegelapan dan juga termakan rasa putus asa yang begitu dalam. Ingin rasanya meneteskan air mata, tapi aku lupa kalau aku tak punya jiwa. Semua kejahatan ini membawaku pada kesadaran bahwa efek mental terhadap semua ini sangatlah berat. Pikiran tidak teratur, hati tdak terkontrol, sampai melupakan segala hal yang sekiranya penting dalam hidup ini.

"Emang ada hal penting dalam hidupmu gon?"

Aku hanya akan bisa menjawab entahlah. Aku pun tak tahu apakah ada hal penting yang ingin aku lindungi dan pertahankan dalam hidup ini. Aku merasa diusia semuda ini akan terlalu dini untuk bunuh diri. Terlalu banyak yang tak bisa dan belum kita rasakan. Terlalu sempit pandangan hidup yang masih kita peroleh. Dan juga terlalu kekanak-kanakan rasa seperti ini jika terus kita pertahankan. 

Semuanya berawal dari tidak tahunya diriku terhadap egoku sendiri. Arogansi yang konstan membuat semua mimpiku terasa lenyap. Melenyapkan segala hal yang memang aku rasa sangatlah penting dan seharusnya aku pertahanakan. Semuanya menekan mental, menusuknya, dan menyayatnya dengan penuh kesadisan. Sayatan itu menyayat lembut bagian hatiku yang bisa merasakan cinta dan kasih sayang. 

Blunder hari itu mengawai semua ini. Seharusnya aku tidak melakukannya sejak awal. Malaikat kecil dihatiku bahkan menangis sampai saat ini karena aku tak pernah mau mendengarnya. Dia masih terus memerangi keburukan hatiku, karena mungkin hati kecilku masih merasa bahwa dia masih layak untuk berada dalam tubuhku ini. Tubuh yang telah mengecewakan dia begitu banyak.

Aku ingin merasakan kehadiran tuhan kembali, aku ingin merasakan ada hembusan angin hidayah yang akan mendinginkan panasnya hati ini. Aku ingin semua teori kebaikan yang benar-benar aku yakini dulu benar-benar bisa terimplementasikan kepada hidupku untuk saat ini. sangatlah susah untuk melawan diri sendiri karena memang aku tidak tahu siapa diriku ini. Aku merasa masih menjadi seperti orang baik tapi mengapa tindakan-tindakanku sangatlah buruk. Begitu banyak orang yang telah kurugikan, kutipu, kubuat menangis sehingga mereka membenciku. Kekuatan mentalku tidaklah cukup untuk melawan itu semua. 

Disaat itulah aku mulai merasa untuk menyatakan kegelisahanku kepada seseorang. Namun ketakutanku karena ketidakigninanku untuk dikatakan manusia munafik menghalanginya. aku takut semua orang akan menjauhiku, aku takut semua orang akan meninggalkanku. Bagaikan penjahat yang sudah terbongkar aibnya dan akan dianggap sampah masyarakat seumur hidupnya. Mengapa semua ketakutan ini benar-benar menekanku. Terjebak pada pilihan dilematis benar-benar sangat tidak aku sukai. 

Aku ingin mencintai lagi, aku ingin menyayangi lagi, aku ingin mencurahkan kasih sayang lagi, karena aku benar-benar lupa kapan terakhir kali aku melakukannya. Aku bahkan sekarang tidak tahu bagaiamana caranya. Bahkan aku ingin benar-benar menangis lagi. Menangisi semua rentetan tekanan kehidupan ini. Aku harus sadar dan aku sedang menunggu kapan aku bisa sadar. Aku menutup diri dan tidak memberitahu siaapun namun aku menghrapakan akan ada orang yang merubahku, harapan kosong macam apa itu. kebodohan macam apa yang selama ini aku praktikkan. 

Semua alur cerita, kisah, dan jalinan detik yang kurasakan menjadi tekanan. Padahal aku paham kenapa ini semua terjadi, namun dimana letak masalahnya, kenapa aku masih belum bisa berubah sampai sekarang? Kenapa? Tolong jawab aku !!

Previous Post
Next Post

Annur Afgoni. Mahasiswa Fisika di Universitas Mataram yang selalu ingin belajar secara kontinue sepanjang hidup.

0 comments: