Artikel ini akan membahas bagaimana cahaya bisa mencapai kecepatan yang sama kita melewati suatu medium.
Cahaya merupakan partikel tercepat di alam semesta ini.
Kecepatan cahayalah yang menjadi acuan dari teori fisika modern seperti teori
relativitas dan yang lainnya. Kita mungkin bertanya-tanya bahwa darimana cahaya
bisa mendapatkan energy yang sebesar itu untuk bergerak?
Salah satu sifat dari cahaya adalah bergerak sebagai
gelombang dan juga bergerak sebagai partikel. Teori tersebut dinamakan Dualisme
gelombang dan merupakan salah satu bahasan dari fisika modern. Cahaya merambat
dalam sekejap mata, akan tetapi kecepatan cahaya dipengaruhi oleh medium yang
dilaluinya juga. Banyak yang berfikir jika cahaya merambat melewati suatu
medium maka kecepatannya akan berkurang. Dan memang benar kecepatan cahaya akan "berkurang" jika dia melewati suatu medium. Namun yang menjadi pertanyaannya,
mengapa cahaya bisa kembali melaju seperti kecepatan semula setelah melewati
medium tersebut? Apakah energinya tidak berkurang? Karena berdasarkan logika,
cahaya tentu akan semakin "melambat" jika melewati suatu medium. Tapi, selambat-lambatnya
cahaya dalam suatu medium, ketika cahaya kembali pada medium ruang hampa udara
maka cahaya tersebut akan kembali melaju secepat kilat seperti pada kondisi
awalnya.
Bagaiamana bisa?
Oke, mari kita lihat proses perambatan cahaya didalam suatu
medium optic (optical medium).
Karena cahaya merupakan suatu gelombang elektromagnetik,
maka perlu diketahui variabel apa saja yang mempengaruhi gelombang
elektromagnetik tersebut. Beberapa variabel yang digunakan untuk
mendeskripsikan suatu gelombang adalah berdasarkan rumus dibawah ini:
Jika kita mengamati fenomena daripada refraction (pembiasan) pada perubahan sudut yang dialaminya, kita
bisa menggunakan prinsip Fresnel, yang menyatakan bahwa setiap titik pada
permukaan gelombang adalah bersumber dari gelombang-gelombang berbentuk
lingkaran (spherical wavelets).
Jumlah dari gelombang berbentuk lingkaran yang membentuk muka gelombang.
Seperti pada gambar dibawah :
muka gelombang inilah yang menghasilkan spherical waves pada permukaan suatu medium. Ketika gelombang
elektromagnetik bergerak semakin lambat pada medium yang masa jenisnya leih
besar, maka gelombang akan bergerak pada suatu kecepatan tertentu. Gelombang
yang dihasilkan dimedium kedua menjadi tidak lagi parallel, atau dengan kata
lain gelombangnya belok. Kejadian inilah yang kita namakan pembiasan cahaya (refraction). Hal ini dipengaruhi oleh sesuatu yang kita namakan indeks bias (n). indeks bias suatu medium berbeda-beda antara
medium lainnya. Untuk lebih memahami apa itu pembiasan, perhatikan rumus
snellius dibawah:
bagaimana kita bisa membuktikan rumus diatas? Perhatikan penurunannya dibawah:
sebagai hipotesis, kita asumsikan panjang gelombangnya sama
dengan 1 pada panjang gelombang yang di persamaan indeks bias diatas. Rumusnya
menjadi:
Karena
berdasarkan fakta bahwa frekuensi gelombang elektromagnetik
diatas adalah sama, maka:
Karena indeks bias didefinisikan sebagai perbandingan
antara kecepatan cahaya pada ruang vacum dan pada medium.
maka :
perhatikan gambar dibawah;
Gelombang, meskipun kecepatannya berubah namun perambatannya
tetap pada frekuensi yang sama yang berarti periodenya juga sama. Gelombang
tersebut melemah karena interaksi antara materi dari medium tersebut dengan
gelombang elektromagnetnya, tapi hal tersebut tidak mengubah apa-apa dengan
frekuensinya.
Dari indeks bias itulah kita bisa mengetahui bagaimana
perilaku gelombang elektromagnetik pada medium optic, yang sangat didasarkan
pada materi penyusunnya. Jika komponen listriknya mendapat gangguan dari
polaritas molekul dengan momen dipole listrik yang ada, perambatan dari
gelombang akan melambat dan akan ada sedikit energi yang hilang yang digunakan
sebagai penyelarasan molekul di medan listrik.
Jadi kesimpulannya, cahaya memperoleh kembali kecepatannya
setelah melewati medium karena medium hampa udara adalah dielektrik yang jauh
lebih lemah, sehingga rangsangan elektromagnetik tidak benar-benar terhalang
olehnya.
0 comments: