Perjalanan waktu secara ilmiah dimungkinkan. Tidak ada
aturan ilmu pengetahuan yang melarang perjalanan waktu, dan pada kenyataannya, ada
teori fisika spesifik yang menjelaskan caranya. Seringkali "Hukum
Konservasi Energi" digunakan sebagai argumen balasan bahwa perjalanan
waktu tidak mungkin, tetapi ini adalah kesalahpahaman terhadap hukum itu
sendiri. Lebih lanjut tentang itu nanti akan dibahas pada akhir artikel ini.
Perhatikan penjelasan artikel ini sampai selesai
Konsep yang paling menarik untuk menjelaskan hal ini adalah konsep Dilatasi Waktu. Silahkan baca konsepnya DISINI. Bisakah konsep Dilatasi Waktu membawa kita ke masa depan?
Jawabannya adalah bisa. Teori relativitas Einstein
mengajarkan kita bahwa waktu adalah fungsi dari kecepatan dan gravitasi,
artinya kita dapat memanipulasi waktu sehingga ia berdetak secara berbeda dari
kerangka acuan yang berbeda. Bayangkan jika anda berada disebuah mesin, anda
menunggu di sana selama seminggu, dan ketika keluar ternyata umur Bumi adalah sudah
100 tahun ke depan. Hal tersebut memang mungkin.
"Teori Relativitas Khusus" (1905) mengajari kita
bahwa waktu adalah fungsi kecepatan. Siapa pun yang melaju dengan kencang jika
dibandingkan dengan seseorang yang tidak melaju kencang, maka sudah
dipastikanorang yang melaju kencang tersebut akan mengalami Dilatasi Waktu (alias
aliran waktu yang berbeda). Dan ini berlaku untuk kecepatan apa pun. Apakah
anda berjalan, berlari, menaiki motor atau menaiki pesawat maka anda pasti akan
mengalami yang namanya Dilasi Waktu. Walaupun perbedaan waktunya lebih terlihat
jika kecepatan kita semakin dekat dengan kecepatan cahaya, tetapi efek Dilasi
Waktu tetap muncul pada kecepatan apa pun.
Waktu benar-benar akan berhenti sepenuhnya jika kita
bergerak dengan kecepatan cahaya. Tentu saja Einstein sudah mengatakan kepada
kita bahwa kita tidak akan pernah bisa bergerak secepat cahaya. Namun Einstein
tidak hidup dimasa sekarang dan tidak melihat kemajuan teknologi yang sudah
dibuat oleh manusia. Dan jika kita benar-benar bisa mencapai kecepatan cahaya,
maka kita bisa pergi kemanapun di alam semesta ini dalam sekejap mata, dari
kerangka acuan kita.
Foton atau partikel cahaya bergerak dengan kecepatan cahaya,
yang berarti waktu sama sekali berhenti dalam kerangka acuan foton itu sendiri.
Berdasarkan konsep Dilatasi waktu, jika suatu cahaya sudah meninggalkan
bintangnya sekian milyar tahun yang lalu, bagi cahaya itu sendiri itu hanyalah
sekejap mata berkedip. Tidak ada waktu yang berlalu sama sekali dalam
perspektif cahaya itu sendiri.
Teori Relativitas Umum juga mengajarkan kita bahwa waktu
dipengaruhi oleh Gravitasi. Semakin dekat kita dengan sumber gravitasi maka
waktu akan berjalan semakin lama. Hanya dengan berdiri diatas bumi waktu kita
sudah melambat dibandingkan dengan orang yang sedang berada diatas pesawat.
Bahkan jika berfikir lebih unik lagi, berarti kaki kita merasakan waktu yang
lebih lambat dibandingkan dengan kepala kita. Unik bukan?
Namun, bukankah itu berarti jika kita ke masa depan maka
kita tidak akan bisa kembali ke masa lalu?
Iya benar, Dilasi Waktu hanya mengizinkan kita untuk pergi
ke masa depan namun tidak memungkinkan kita untuk kembali ke masa lalu. Yang
disediakan hanya tiket satu arah oleh maskapai Dilatasi Waktu.
Seperti penjelasan yang telah dijelaskan diatas, efek Dilatasi
Waktu akan semakin terasa jika kita bergerak mendekati kecepatan cahaya.
Semakin cepat kita bergerak maka semakin lambat waktu yang kita rasakan. Namun
secara fisik kita tentu tidak bisa bergerak mendekati dengan kecepatan cahaya.
Jika kecepatan cahaya adalah kecepatan maksimum untuk menghentikan waktu,
berarti logikanya adalah jika kita bisa bergerak lebih dari kecepatan cahaya
maka waktu yang akan kita rasakan akan menjadi negatif. Sangatlah tidak mngkin
waktu bernilai negatif. Kecuali jika memang pemahaman ilmu pengetahuan manusia
masih sangat terbatas.
Sehingga kembali ke masa lalu masih belum masuk akal
untuk dilakukan pada tingkat pemahaman manusia seperti sekarang ini.
Memang ada asumsi lain dari para ilmuwan untuk melakukannya.
Yaitu melalui Lubang Cacing. Namun itu masih asumsi para ilmuwan, karena pada
faktanya masih belum ada yang melihat bagaimana cara kerja lubang cacing itu
sendiri.
0 comments: