Sunday, February 16, 2020

Apakah Time Travel mungkin secara ilmiah


Perjalanan waktu secara ilmiah dimungkinkan. Tidak ada aturan ilmu pengetahuan yang melarang perjalanan waktu, dan pada kenyataannya, ada teori fisika spesifik yang menjelaskan caranya. Seringkali "Hukum Konservasi Energi" digunakan sebagai argumen balasan bahwa perjalanan waktu tidak mungkin, tetapi ini adalah kesalahpahaman terhadap hukum itu sendiri. Lebih lanjut tentang itu nanti akan dibahas pada akhir artikel ini.

Perhatikan penjelasan artikel ini sampai selesai


Konsep yang paling menarik untuk menjelaskan hal ini adalah konsep Dilatasi Waktu. Silahkan baca konsepnya DISINI. Bisakah konsep Dilatasi Waktu membawa kita ke masa depan?

Jawabannya adalah bisa. Teori relativitas Einstein mengajarkan kita bahwa waktu adalah fungsi dari kecepatan dan gravitasi, artinya kita dapat memanipulasi waktu sehingga ia berdetak secara berbeda dari kerangka acuan yang berbeda. Bayangkan jika anda berada disebuah mesin, anda menunggu di sana selama seminggu, dan ketika keluar ternyata umur Bumi adalah sudah 100 tahun ke depan. Hal tersebut memang mungkin.

"Teori Relativitas Khusus" (1905) mengajari kita bahwa waktu adalah fungsi kecepatan. Siapa pun yang melaju dengan kencang jika dibandingkan dengan seseorang yang tidak melaju kencang, maka sudah dipastikanorang yang melaju kencang tersebut akan mengalami Dilatasi Waktu (alias aliran waktu yang berbeda). Dan ini berlaku untuk kecepatan apa pun. Apakah anda berjalan, berlari, menaiki motor atau menaiki pesawat maka anda pasti akan mengalami yang namanya Dilasi Waktu. Walaupun perbedaan waktunya lebih terlihat jika kecepatan kita semakin dekat dengan kecepatan cahaya, tetapi efek Dilasi Waktu tetap muncul pada kecepatan apa pun.

Waktu benar-benar akan berhenti sepenuhnya jika kita bergerak dengan kecepatan cahaya. Tentu saja Einstein sudah mengatakan kepada kita bahwa kita tidak akan pernah bisa bergerak secepat cahaya. Namun Einstein tidak hidup dimasa sekarang dan tidak melihat kemajuan teknologi yang sudah dibuat oleh manusia. Dan jika kita benar-benar bisa mencapai kecepatan cahaya, maka kita bisa pergi kemanapun di alam semesta ini dalam sekejap mata, dari kerangka acuan kita.

Foton atau partikel cahaya bergerak dengan kecepatan cahaya, yang berarti waktu sama sekali berhenti dalam kerangka acuan foton itu sendiri. Berdasarkan konsep Dilatasi waktu, jika suatu cahaya sudah meninggalkan bintangnya sekian milyar tahun yang lalu, bagi cahaya itu sendiri itu hanyalah sekejap mata berkedip. Tidak ada waktu yang berlalu sama sekali dalam perspektif cahaya itu sendiri.

Teori Relativitas Umum juga mengajarkan kita bahwa waktu dipengaruhi oleh Gravitasi. Semakin dekat kita dengan sumber gravitasi maka waktu akan berjalan semakin lama. Hanya dengan berdiri diatas bumi waktu kita sudah melambat dibandingkan dengan orang yang sedang berada diatas pesawat. Bahkan jika berfikir lebih unik lagi, berarti kaki kita merasakan waktu yang lebih lambat dibandingkan dengan kepala kita. Unik bukan?

Namun, bukankah itu berarti jika kita ke masa depan maka kita tidak akan bisa kembali ke masa lalu?

Iya benar, Dilasi Waktu hanya mengizinkan kita untuk pergi ke masa depan namun tidak memungkinkan kita untuk kembali ke masa lalu. Yang disediakan hanya tiket satu arah oleh maskapai Dilatasi Waktu.

Seperti penjelasan yang telah dijelaskan diatas, efek Dilatasi Waktu akan semakin terasa jika kita bergerak mendekati kecepatan cahaya. Semakin cepat kita bergerak maka semakin lambat waktu yang kita rasakan. Namun secara fisik kita tentu tidak bisa bergerak mendekati dengan kecepatan cahaya. Jika kecepatan cahaya adalah kecepatan maksimum untuk menghentikan waktu, berarti logikanya adalah jika kita bisa bergerak lebih dari kecepatan cahaya maka waktu yang akan kita rasakan akan menjadi negatif. Sangatlah tidak mngkin waktu bernilai negatif. Kecuali jika memang pemahaman ilmu pengetahuan manusia masih sangat terbatas. 

Sehingga kembali ke masa lalu masih belum masuk akal untuk dilakukan pada tingkat pemahaman manusia seperti sekarang ini.

Memang ada asumsi lain dari para ilmuwan untuk melakukannya. Yaitu melalui Lubang Cacing. Namun itu masih asumsi para ilmuwan, karena pada faktanya masih belum ada yang melihat bagaimana cara kerja lubang cacing itu sendiri.



Previous Post
Next Post

Annur Afgoni. Mahasiswa Fisika di Universitas Mataram yang selalu ingin belajar secara kontinue sepanjang hidup.

0 comments: